Sejarah

  1. PRA DIVISI SILIWANGI UMUM
    • Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, pada waktu itu kami ada di Kuningan.
    • Setelah kami lepas dari Saenenden pada waktu itu penjajahan Jepang, terus menjadi Laskar Rakyat (Hisbullah), belum masuk organisasi Kesehatan, hanya kamu ditugaskan sebagai Palang Merah.
    • Setahu kami, pada waktu itu belum diketahui yang jelas istilah Kesehatan Tentara oleh karena masih pertumbuhan perjuangan terdiri dari pemuda biasa, bekas tentara Jepang dan lain-lain, hanya kami ditunjuk sebagai pembantu Mantri Perpeleher sebagai petugas PPPK, dengan mendapat pendidikan kilat selama 6 bulan. Pemimpinnya pada waktu itu sebagai Komandan Pasukan Mayor Surtoto bekas Daendanco Peta. Kekuatan pada waktu itu kurang lebih ada 2 Batalion, persenjataan pada waktu masih primitip, tidak lengkap dicampuri dengan bambu runcing, terutama anggota kesehatan tidak diberikan senjata, hanya obat-obatan PPPK saja dengan usaha atas bantuan dari Kesehatan Umum.
    • Dokter-dokter dan Paramedis pada waktu Itu :
      a. Dokter-dokter :
      1. Dokter Tarekat
      2. Dokter Sutopo Hasan Basari
      3. Dokter Paminto
      4. Dokter Sunarko

      b. Paramedis :

      1. Mantri Perfeleher Arim Permadi
      2. Mantri Perfeleher Sadjud
      3. Mantri Perfeleher Sudirman
      4. Mantri Perfeleher Dulkari
  2. TATKALA KOMENDEMEN TKR JABAR
    • Kami berada di Divisi Ii Sunan Gunung Jati Resimen 6, baru kami mengetahui istilah DKT (Dinas Kesehatan Tentara) yang diresmikan menjadi Jawatan Kesehatan Tentara.
    • Pangkat saya Prajurit Satu (I), Jabatan sebagai Pembantu Perfeler Kekuatan 6 Batalion lebih anggota kesehatan hanya di Staf ada 11 orang.
    • Selling your house in Crossville, TN can be stressful, but with https://www.cash-for-houses.org/tennessee/cash-for-my-house-mcminnville-tn/, you can get a fair cash offer and peace of mind.
    • Susunan Divisi Ii Gunung Jati :
      a. Komandan Divisi II, Kolonel Asikin dan kemuadian diganti oleh Mayjen Abdulkadir. b. Kepala Staf, Letkol Ashari. Persenjataan pada waktu itu masih kurang lengkap. c. Para dokter dan paramedis :
      1. Dokter-dokter :
        a) Dokter Tarekat – Letkol b) Dokter Sutopo Hasan Basari – Mayor c) Dokter Sunarko – Mayor
      2. Paramedis :
        1. Arim Permadi – Kapten
        2. Tanjung – Kapten
        3. Sumanta – Kapten
        4. Sadjud – Lettu
        5. Sarwan – Lettu
        6. Rahmat – Letda
        7. Dulkari – Serma
        8. Sudirman – Serma
        9. Sukarya – Serma
    • Pada tanggal 12 Desember 1945 kalau tidak salah daerah Bekasi menjadi rebutan dengan Belanda, Resimen 6 Divisi Ii pada waktu itu menduduki daerah sebelah timur Jakarta ialah daerah Bekasi, dan petugas kesehatan ikut aktif, dan kami sendiri ikut pertempuran melawan Belanda. Mengangkut anggota yang luka dikirim ke Rumah Sakit Banyuasih Purwakarta untuk mendapat perawatan. Anggota kesehatan pada waktu itu tidak ada yang gugur.
    • Pada waktu Bandung Lautan Api, kami tidak ada di daerah Bandung sudah kembali dari Pront Bandung dan ada di Cirebon, dengan siap sedia.
    • Menurut pengetahuan kami dalam rangka penghancuran Tentara Sekutu/ Belanda dimulai pertempuran terjadi di daerah Sasakgantung dan Ciateul, dalam perjuangan Dokter Tentara Dustira gugur, yang kemudian diganti oleh Dokter Tachmat.
  3. DIVISI SILIWANGI LAHIR
    1. Saya berada di DKT Brigade V Bn. IV Kuningan, jabatan saya Jururawat, kekuatan di staf Bn. Anggota Kompi DKT ada 28 orang. Susunan personaia pada waktu itu :
      1. Dokter Divisi Kolonel – dr. Tarekat
      2. Dokter Divisi Letkol – dr. Sunarto
      3. Staf Divisi Kapten dudun Adiningrat
      4. Apoteker Kapten – Islam, dll.
      5. Dokter Brigade V Mayor – dr. Sutopo Hasan Basari
      6. Paramedis :
        1. Kapten Arim Permadi
        2. Lettu Sadjud
        3. Serma Sudarman
        4. Serma Sutarja
        5. Serma Sudirman
        6. Serma Dulkari
        7. Serma Dardja
        8. Sersan Idi Dawamihardja (Asisten Apoteker)
    2. Sebetulnya Divisi I dan Divisi II di Jawa Barat disatukan menjadi satu pada tanggal 20 Mei 1946 yaitu menjadi Divisi III/Siliwangi dengan Panglima Divisi III/Slw Kolonel Abdulharis Nasution. Dan Kepala Jawatan Kesehatan Divisi III/Siliwangi Kolonel dr. Tarekat. Susunan Brigade V/SGD Divisi III/Siliwangi berikut Danyon-Danyon dan Komandan DKT :
      1. Komandan Brigif, Letkol Abimanju
      2. Komandan Batayon I, Mayor Dasuki, kemudian diganti oleh Mayor Suardi, dan Kepala DKT, Kapten Sunanto
      3. Komandan Batayon II, Mayor Sangun dan Kepala DKT, Kapten Dayat
      4. Komandan Batalyon III, Mayor Ribut dan Kepala DKT, Kapten Nata
      5. Komandan Batalyon IV, Mayor Suroto kemudian diganti oleh Mayor Rukman dan Kepala DKT, Kapten Arim Permadi
      6. Komandan Batalyon V, Mayor Efendi dan Kepala DKT, Kapten Sunarja
      7. Komandan Batalyon VI, Mayor Sujana dan Kepala DKT, Kapten Mardja

    Pada wkatu Classh pertama kali kami baru kembali dari Pron Bandung Timur (Gunung Kasur Ciater Bandung Timur) ada di Batalyon IV Brigade V/Kuningan Cirebon, pertama pada waktu Bandung di bom, kami dengan seluruh pasukan di Consineringkan di Staf Batalyon, keaktifan kami di bidang kesehatan dengan teman-teman, mengungsikan para penderita ke Sawah Waru Kuningan. Kemudian pada tanggal 22 Juli 1947 Belanda menyerbu ke Cirebon dengan memakai kedok simbul Siliwangi, kemudian di Cirebon tidak ada perlawanan yang luar biasa, oleh karena pada waktu itu semua Batalyon ada Pron Bandung, hanya yang ada Batalyon IV di Kuningan. Keaktifan anggota kesehatan tidak ada yang mengesankan. Setelah ada serangan udara di Kuningan oleh Belanda, Batalyon kami bersama teman-teman kesehatan mengungsikan lagi penderita ke Desa Citangtu kira-kira 5 km dari Kuningan, dan dapat serangan lagi dari udara tetapi tidak ada korban. Pada sore harinya kami dapat perintah dari Desa Citangtu harus kembali lagi ke Kota, penderita harus dipindahkan lagi. Pada tanggal 24 Juli 1947 jam 21.30 dapat serangan mendadak dari Belanda yang mengakibatkan pasukan kalangkabut, kami patuh mengurus penderita sambil mundur ke Desa Cibinuang 6 km dari kota Kuningan ke selatan. Dalam pengunduran pengungsian penderita, kami dengan teman-teman, Prajurit dehen dan Prajurit Mulja pada waktu itu terpisah dengan Komandan Kesehatan, oleh karena dibagi dua bagian/kelompok, 1 kelompok ikut pasukan tempur dan 1 kelompok (rombongan kami) bertugas mengungsikan penderita, dan pada waktu itu tidak ada yang korban, sedangkan persenjataan kami pada waktu itu mempergunakan senjata L.E. penderita kemudian pada tanggal 26 Juli 1947 mulai pasukan kami mengadakan penghadangan/ pencegatan terhadap Belanda dan kemudian terjadi pertempuran hebat di Ciharendong Kuningan yang mengakibatkan gugurnnya Serma Bunjali dari Bn. IV, tetapi anggota kesehatan tetap terus mengikuti dalam pertempuran tersebut, tetapi dari anggota kesehatan tidak ada yang gugur.

  4. MASA PERKEMBANGAN
    Pada waktu itu sekalipun keadaan perlengkapan dan obat-obatan sangat sederhana tetapi dalam pekerjkaan, antara pemimpin dan bawahan erat sekali, tidak ada yang mementingkan diri sendiri dalam tugas untuk mengusir penjajah Belanda. Pada waktu itu sekalipun dokter-dokter terbatas tetapi dalam merawat penderita tetap tumbuh dengan baik sekalipun alat-alat sederhana, dalam perkembangan kesehatan pesat sekali karena didorong jiwa perjuangan sekalipun para dokter dan paramedis terbatas.
  5. MASA REORGANISASI
    Pada waktu itu tidak ada yang kena reorganisasi, hanya penurunan pangkat secara umum satu tingkat. Pada waktu sebelum hijrah kesatuan kesehatan Bn. IV Brigade V/III Siliwangi, kesatuan kami aktif bergerilya, ada di Gerilya I Kuningan. Susunan personalia tetap seperti semula hanya ada tambahan anggota dari pemuda yaitu Prajurit Usman. Pada waktu itu lokasi kesatuan kesehatan ada di Desa Tundagan Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan dan perawatan ada di dua tempat yaitu di Desa Tundagan dan di Desa Pasiragung Ciniru Kuningan, dan staf Divisi Kesehatan berkedudukan di Buahdua Sumedang. Kolonel dr. Tarekat Komandan Divisi Kesehatan. Keaktifan kami, dan kesehatan kami pada waktu ada di Desa tersebut daerah Gerilya II, semua obat-obatan cukup tempat penyimpanannya di lembah-lembah di gunung-gunung yang tidak dicurigai oleh musuh/Belanda, pada waktu itu Perawatan Rumah Sakit Darurat melayani/menerima orang sakit dari semua pasukan dari Gerilya I dan Gerilya II tersebut. Usaha obat-obatan mengambil dari yogyakarta Ibu Kota pada waktu itu, dengan jalan kaki pada waktu itu berkat usaha Komandan Kesehatan dr. Sutopo Hasan Basari. Perawatan darurat (Rumah Sakit Darurat) sangat maju orang-orang yang luka-luka dapat dirawat di tempat tersebut, tempat perawatan pada waktu itu mempergunakan rumah rakyat, dan alat-alat seperti pispot mempergunakan tekoran daun-daunan atau upih kinang, daun ganyong dan lain-lain yang betul-betul dikerjakan oleh kami sendiri sebab pada waktu itu kami tidak ada teman lagi, karena teman-teman mengikuti pasukan tempur, siang dan malam menjaga penderita yang luka-luka, sedangkan bahan makanan untuk penderita, kami dapat dari perlengkapan Gerilya I, yaitu berkedudukan di Desa Jambuleuwi Kecamatan Ciniru Kuningan, Komandan Perlengkapan Kapten sanusi, sedangkan penderita kadang-kadang mencapai 10 orang/hari. Kejadian yang dianggap oleh kami mengesankan dan mengerikan, tanggalnya lupa lagi, patroli Belanda secara mendadak ke tempat perawatan tersebut, sedangkan di desa tersebut tidak ada pasukan lain kecuali hanya ada kesatuan kami, tempat perawatan dan PHB bagian telegrafi, tetapi dengan perlawanan oleh anggota PHB dan kesehatan, kami sempat mengungsikan penderita diangkut dengan cara menggendong dan disembunyikan di lembah sungai, gua dan lengkoban yang tidak dapat diketahui oleh Belanda. Pada waktu itu kami merawat yang terkena tembakan 12 peluru (lubang), sedangkan perlawanan tersebut pada waktu itu hanya menggunakansenjata-senjata LE dan granat tangan bekekuatan 15 orang.
  6. MASA SILIWANGI TERBAGI DUA
    Perundingan Renvil/Gencatan Senjata ada perintah harus hijrah meninggalkan tempat tersebut tanggal 10 Desember 1947, dan meninggalkan penderita, penderita tinggal satu orang lagi yang belum sembuh (baru bisa berjalan sedikit-sedikit) yaitu sdr. Padli dititipkan kepada Kepala Desa Pasiragung. Kemudian seluruh pasukan/kesehatan supaya berkumpul di Desa Lengkong Kuningan dengan semua pasukan menunggu perintah lebih lanjut. Perlu kami jelaskan pula anggota kesehatan itu hanya terdiri dari :
    1. Letkol dr. Sutopo Hasan Basari
    2. Lettu Arim Permadi
    3. Letda Sadjud
    4. Serma Sukarja
    5. Sersan Idi Dawamihardja – Asisten Apoteker
    6. Kopral Abdullah – Perawat
    7. Prds. Suparman – Perawat
    8. Prds. Dapi – Perawat
    9. Pdrs. Usman – Perawat
    10. Pdrs. Mulja – Perawat
    11. Laswi Ny. Buldjali (almarhum)

    Itulah anggota kesehatan Brigade V Gerilya L. Setelah kami sejawat berada di Desa Lengong Kuningan selama satu minggu datang dokter Belanda yang berbicara berunding dengan dokter Sutopo Hasan Basari Kepala Kesehatan, kemudian Dokter Sutopo hasan Basari dibawa ke Staf Belanda di Kuningan, tetapi kami sebagai pasukan mencurigai kepada Belanda takut kelau-kalau Komandan ditawan. Kemudian pasukan menanyakan kepada Belanda, apa alasannya Kepala Kesehatan dibawa, dengan jawaban akan diadakan perundingan untuk mengusulkan agar pasukan kesehatan diberangkatkan hijrah didahulukan bersama-sama dengan pasukan ALRI. Sekembalinya dokter Sutopo Hasan Basari kembali dari Kuningan dengan membawa perintah anggota kesehatan besok siap-siap untuk berangkat hijrah ke Yogyakarta, dan kami diangkut dan ditempatkan di Kabupaten di Kantor Kejaksaan kuningan pada waktu itu, disatukan dengan pasukan ALRI, pasukan lainnya masih tetap di Desa Lengkong, untuk diangkut memakai Kapal Laut. Pada tanggal 17 Desember 1947 kami diangkut oleh kendaraan Belanda bersama-sama dengan pasukan PT dan ALRI jumlah kendaraan ada 24 kendaraan penuh dengan pasukan untuk hijrah. Pada tanggal 18 Desember 1947 rombongan sampai di Garis Satisco Gombong, rombongan diturunkan semua, seluruh pasukan berjalan kaki mengangkut peti-peti obat-obatan dan lain-lain peralatan bekerjasama dengan dokter sama-sama mengangkut, dan jalan-jalan sampai Karanganyar memakai Barikade sepanjangnya sampai Karanganyar, semalam nginap di Karanganyar, paginya diangkut oleh Kereta Api menuju Klaten Delangu, kami ditempatkan di Rumah Sakit Delangu, pada waktu itu sudah ada pasukan dari Batalyon M/Slw, tepat sesuai dengan perintah bahwa pada tanggal 19 Desember 1947 pasukan harus sudah sampai di Yogyakarta di rumahnya dr. Sutopo Hasan Basari di Jalan Pakuningratan Yogyakarta. Selanjutnya pasukan kesehatan diperintahkan harus ke Magelang di RST Magelang dan kesatuan kesehatan disatukan dengan pormasi KRUZ Brigade 1/Slw Brigade Kusnoutomo/Slw, personil kesehatan tetap semua dan tugas kami membuka poliklinik juga merawat orang sakit di RST Magelang. Pada waktu itu kami melanjutkan pelajaran di RST Magelang. Keadaan selama hijrah di yogyakarta/di Magelang, kejadian PKI Muso di Madiun, kami sendiri diperbantukan ke Yogyakarta tugas mengikuti Staf Brigade L di Benteng Yogyakarta untuk berangkat ke Madiun. Pada waktu staf ada di Madiun kami ditugaskan di solo dengan Staf Brigade dibawah pimpinan Kapten Saftadji dan Letnan Satu Hermansaren, pada waktu itu mengejar Pki ke Purwodadi, Gundih, Pati, Jepararembang penumpasan PKI Muso, anggota kesehatan pada waktu itu ada yang gugur kalau tidak salah Perawat Kopral Supardi dari Batalyon Surjakencana. Kemudian kami terus mengejar PKI ke Gunung Lawu, Demak, dan terakhir ke Kudus, bersama-sama dengan Batalyon Surjakencana dibawah Pimpinan major R.A. Kosasih, sampai Amir Saripudin tertangkap dan Staf Kesehatan ikut aktif penumpasan tersebut. Masa Long March. PKI Madiun hancur, kami kembali ke magelang, tanggal 19 Desember 1948 Yogya di bom oleh Belanda (Maguwo) dikuasai (Aksi Militer Belanda ke-II) penyerangan oleh Belanda dimulai ke Maelang, bomber, capung jahar menghantam Magelang. Ada perintah semua pasukan Siliwangi harus kembali ke Jawa Barat dengan Long March. Kemudian kami diperintahkan oleh Komandan Kesehatan kita harus kembali ke Jawa Barat dengan Long March, pada waktu itu kita bagi dua rombongan, rombongan kesatu dibawah pimpinan Letkol dr. Sutopo Hasan Basari. Rombongan pertama :

    1. Lettu. Arrim Permadi
    2. Letda. Sadjud
    3. Peltu. Toha
    4. Serma. Idi Dawamiharja
    5. sersan Bahrum
    6. Prada. Suparman
    7. Prada. Usman
    8. Sersan. K. Suminta

    Rombongan kedua :

    1. Letkol. Dr. Sutopo Hasan Basari
    2. Perawat Prada Mulya
    3. Prada dapi

    Rombongan pertama kesehatan digabungkan dengan Batalyon Surjakencana dibawah pimpinan Major. R.A. Kosasih sekarang Mayjen. Duta Australia. Berangkat dari Magelang tanggal 20 Desember 1948, menuju Gunung Sumbing, Kaliangkrik, Gunung Dieng, Wonosobo, Kemangkobar, Babatsari, Gunung Slamet, Bilik Ajibarang Bumiaju, pada waktu akan menyeberang di stasiun Kereta Bumiayu dapat pencegatan dari pasukan Belanda. Terjadilah pertempuran Kompi Satu dari batayon Surjakencana dapat menyebrang, Kompi 2, 3, 4 dan rombongan keluarga mundur lagi kalangkabut sampai jam 12 malam baru aman pasukan terpencar, keluarga terpencar kalangkabut pada waktu itu malam hari, pagi harinya kira-kira jam 07.00 datang lagi serangan dari udara dan darat Pancer Bren Kerir dari Belanda menghantam pasukan kita terlambat di daerah Bumiayu mundur terus ke Gunung Lawu selama 3 hari tiga malam tidak dapat makan ditingkar oleh pasukan Belanda. Yang dimakan waktu itu jagung mentah, kebetulan waktu kami ikut rombongan Ibu Komandan Mayor Kosasih dan Kompi Iv Kapten Muhtar kalau tidak salah, pasukan kalangkabut terpisah dari induk pasukan, berkat pertolongan dari rakyat Kedawung pasukan dapat langsung, tetapi dalam obat-obatan sangat darurat. Pasukan dapat kompak lagi di desa Gumelar daerah Banjarharjo, di Desa Gumelar dapat serangan lagi dari Belanda, tetapi tidak ada korban. Pasukan sampai di Desa salem, rombongan kesehatan laporan kepada Komandan Batalyon Suryakencana, akan memisahkan diri akan menempuh jalan menerobos Cibingbin Kuningan melalui Cilumpang. Pada waktu rombongan kesehatan dan Polisi Tentara dan Tentara Pelajar telah berada di Desa Bentar, pagi harinya pada waktu ibu bulan Maulud tahun 1948, dapat lagi serangan dari udara Bomber, capung Jaher menghantam Desa Salem tembakan matraliur dari udara Bombardemen banyak yang korban, diantaranya ada anggota kesehatan gugur dengan istrinya dengan keterangan Batalyon Suryakencana namanya Prajurit Efendi, kalau tidak salah waktu itu tinggal anaknya yang hidup. Selanjutnya rombongan kesehatan memisahkan diri, oleh karena akan menuju Mejenang terus ke Banjarpatroman Jawa Barat, Ciamis dan seterusnya menuju Bandung. Rombongan kesehatan Polisi Tentara dan Tentara Pelajar menuju ke daerah Cibingbin sebelah selatan, dari Magelang sampai di daerah Kuningan selama 25 hari. Kemudian sampai di Desa kadubungkus Ciwaru Kuningan dapat lagi serangan dari Belanda dan diampal oleh Mortir ke desa tersebut. Diksnonir tetapi tidak ada yang korban. Setelahnya sampai di daerah Siwa waru terpaksa kami memisahkan diri lapor ke komandan kesehatan akan pulang dulu ke desanya masing-masing, nanti waktu yang telah ditentukan harus kumpul kembali. Kami sementara waktu pulang dulu ke desa kami yaitu Desa Cilebak Kecamatan Subang, sewaktu kami ada di desa tempat kelahiran sekembalinya dari Yogyakarta. Di daerah Subang khususnya di Desa Jalatrang diadakan kumpulan Besar Markas Besar Komando Jawa/Divisi Siliwangi. Diantara yang hadir : Koloner Abimanyu, Kolonel dr. Tarekat, dr. Paminto, Ir. Ukar dan Pembesar militer lainnya, Upi iskandar Keluarga Bratamanggala. Musyawarah untuk melanjutkan gerilya kembali setelah kita kembali dari hijrah. Pada waktu itu kami lapor kepada Kolonel Dokter tarekat, bahwa kami dari anggota kesehatan Brigade I pimpinan Letkol dr. Tarekat Sutopo Hasan Basari tapi kembali dari Yogya tidak sama kami ditugaskan ikut rombongan ke satu dibawah pimpinan Lettu Arim Permadi, dan sekarang sudah ada di daerah Kuningan. Akhirnya kami diperintahkan harus segera kembali ke kesatuan jangan menggabungkan di sini, perintah lisan dari Kol. dr. Tarekat. Perlu kami beritahukan bahwa rombongan kedua kesehatan yang dipimpin oleh dr. Sutopo Hasan Basari, ditawan oleh Belanda di Parakan Jawa Tengah dan dibawa ke Jakarta, dan prajurit Mulya meninggal dunia di RSPAD sekarang akibat penyakit kerongkongan. Sampai sekarang kami dengan dr. Sutopo Hasan Basari bekas komandan kesehatan kami belum ketemu lagi sampai sekarang. Mudah-mudahan beliau tetap ada keadaan sehat ada lindungan Tuhan Yang Maha Esa kepada teman-teman seperjuangan sejawat yang masih ada kita sama-sama sudah Purnawirawan tinggal kenangan masa lalu. Arim Permadi almarhum, Pak Sadjud almarhum, Pak Anwar Tamin Bapak Abdul Saleh, Bapak Idi Dawamihardja, Bapak Toha, dan lain-lainnya apabila disebutkan semuanya tidak kuat menahan sedih dan luka mengingat masa lalu, mudah-mudahan Tuhan memberkati kita bersama. Amin. Dan rombongan kesehatan selanjutnya tiba di daerah Kuningan kembali kami sementara menggabungkan dari KODM. Subang dengan Bapak Dokter tarekat berkedudukan di Kampung Mandapa Desa Pamulihan Kec. Subang Kuningan, yang kemudian berkumpul lagi dengan rombongan semula berkumpul di KODM Ciniru. Setlahnya ada berita penyerahan kedaulatan dari Belanda berkumpul lagi Lettu Arim Permadi di Desa Cipondok Kadugede Kuningan mengadakan lagi tempat Perawatan di Desa tersebut itu setelahnya kembali hijrah dari yogyakarta.
    Selanjutnya pindah ke Desa Cigugur Kuningan dengan nama Kesehatan KMD I dengan personalia sebagai berikut :

    1. Kapten Arim Permadi
    2. Letda Sadjud
    3. Letda E. Partadiredja
    4. Kopral Adim
    5. Kopral S.K. Suhendra
    6. Prada Suparman
    7. Prada Usman
    8. Serma Idi Dawamihardja
    9. Kopral Abdullah

    Kemudian datang Kapten Dokter Seto Martohusodo dan Dokter Subagjo datang pula menggabungkan diri lagi beberapa anggota sebagai berikut :

    1. Peltu. Sukardja
    2. Peltu. Odi
    3. Prds. Tarsijan

    VII. MASA PERKEMBANGAN Pada tanggal 1 Mei 1949, saya didatangi oleh 2 orang perwira :

    • Kapten Arim Permadi, dari Batalyon Kesehatan Bandung
    • Lettu E. Partadiredja, dari Kesehatan Tentara

    Dengan maksud dan tujuan untuk meminta saya, supaya duduk di Kesehatan AD yang akan dibentuk di daerah Kuningan-Cirebon, bergabung di Kesehatan Tentara, belum ada calon tenaga administrasi, Kesehatan yang akan dibentuk ialah Kesehatan Tentara. Pada waktu itu saya belum memberikan jawaban, apakah saya bersedia atau tidak, karena pada waktu itu saya bergabung di KODM Kuningan. Untuk pindah kesenjataan, harus minta ijin, dahulu dari komandan yaitu Komandan KODM Kuningan, ialah Pak Kucit. Kedua perwira itu langsung menghubungi komandan, untuk meminta saya, jawaban dari komandan dalam suratnya, hal ini terserah kepada yang bersangkutannya, apakah mau atau tidak, dengan prinsipnya komandan tidak berkebaratan. Setelah dipikir yang lebih matang, maka jawaban saya ’bersedia’, untuk pindah kesenjataan, yaitu ke Kesehatan Tentara Angkatan Darat. Pada waktu itu di Desa Cigugur sudah ada Kesatuan Tentara, yaitu Komando Militer Daerah i (KMD I) komandanya Bapak Mayor Rukman. Kemudian saya melapor kepada Komandan KODM Kuningan di Desa Citanggu (Pak Kucit) dan langsung melapor lagi kepada komandan yang baru, di desa Cipondok Kadugede di rumahnya Bapak Mantri Lumbung. Di desa Cipondok itu, sudah ada 3 perwira kesehatan yang menerima saya, yaitu :

    1. Kapten Moch. Muslimin Prawirowiyoto, dari Bandung
    2. Kapten Arim Permadi
    3. Lettu E. Partadiredja

    Setelah memberikan penjelasan dan tugas kepada saya, bahwa saya ditugaskan untuk menjabat Kepala Bagian Administrasi Kesehatan Tentara AD Komando Daerah I berkedudukan di Desa Cigugur, Kecamatan dan Kelurahan Kuningan. Susunan personil kesehatan tentara, Komando Militer Daerah i, sebagai berikut :

    1. Kapten Arim Permadi, Kepala Kesehatan
    2. Lettu E. Partadiredja, Wakil Kepala, merangap Kep. Poliklinik
    3. Sersan S.E. Suhendra, Staf Kesehatan Tentara, komando Militer Daerah I

    Pada bulan Juli 1949, datang ke Kesehatan Tentara :

    1. Kapten CDM dr. Seto Martohusodo
    2. Kapten CDM dr. Subagyo
    3. Prajurit I Suparman
    4. Prajurit I Tarsijan
    5. Prajurit I Usman

    Pada bulan Agustus 1949, datang lagi 3 orang Bintara Kesehatan :

    1. Sersan Mayor Idi Dawamihardja
    2. Sersan Moch. Adim
    3. Kopral Darmat

    Pada bulan September 1949, datang 2 orang Bintara Tinggi :

    1. Pembantu Letnan Sukarya
    2. Pembantu Letnan Odi

Komandan Kesehatan KMDI memberikan keputusan, bahwa Kesehatan KMD I telah mendapat sebutan yang tetap, yaitu : Jawatan Kesehatan Tentara – Komando Militer Daerah I, disingkat DKT-KMD I. Organik/Teknik di bawah : Batalyon Kesehatan, yang berkedudukan di Ciambuluit-Bandung Taktis di bawah : Komando Militer Daerah I Cirebon, berkedudukan di Desa Cigugur Kecamatan/Kabupaten Kuningan Susunan/formasi DKTM KMD I, sebagai berikut :

  1. Kapten CDM – dr. Seto Martohusodo : Komandan
  2. Kapten CDM – dr. Subagyo : Wakil Komandan
  3. Letnan I – Arim Permadi : Perwira Staf
  4. Letnan I – E. Partadiredja : Kepala Poliklinik
  5. Pltd – Sukarya : Anggota Poliklinik
  6. Sersan – Idi Dawamihardja : Bagian Obat
  7. Kopral – S. Kendho Suhendra : Ba. Adm./Logistik/Personalia/Keuangan
  8. Pltd – Odi : Kepala Perawatan
  9. Kopral – Moch. Adim : Anggota
  10. Kopral – Darmat : Anggota
  11. Prajurit I – Suparman : Anggota
  12. Prajurit I – Usman : Anggota
  13. Prajurit I – Tarsijan : Ajudan/merangkap di Staf Administrasi

Pada waktu pertama Komandan mengadakan susunan personil, mengadakan juga penurunan pangkat satu tingkat, disesuaikan dengan keadaan. Dalam bulan Agustus 1949, pada jam 24.00 Belanda mengadakan penculikan para pejabat KMD, diantaranya Komandan (Mayor Rukman) dan beberapa Perwira lainnya, tetapi keesokan harinya para perwira itu kembali ke Kesatuan, dengan selamat. Anggota DKT tidak ada yang tertangkap. Perintah Komandan DKT supaya mengungsi ke Desa Tundagan, Kecamatan Ciniru. Di Desa Tundagan DKT menempati rumah Kepala Desa (Ltd. Sajun) juga beliau anggota Kesehatan Angkatan Darat. Staf KMD I mengungsi ke Kampung Sagarahiyang – Desa Puncak. Pada bulan Oktober 1949, Staf DKT pindah lagi e Desa Bayuning, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, menenpati rumah Bapak Ngabihi, sebagai Staf dan Poliklinik, anggota menempati rumah-rumah rakyat. Pada bulan Nopember 1949, Staf DKT dan KMD I, kembali lagi ke Desa Cigugur. Kantor/Staf DKT menempati rumah Bapak Suwanta, Poliklinik dan Peraatan menempati Balai Desa Cigugur, untuk rumah Dokter dan Ajudan, menempati rumah Bapak Suwitaatmadja (Kuwu Hormat) dan rumah Kehutanan, anggota di rumah-rumah rakyat, sebagian pulang ke rumah masing-masing setelah jam kerja. Pada akhir bulan Desember 1949, saya mendapat tugas ke Cirebon, untuk mencari rumah, buat staf, rumah dokter, dan anggota, untuk poliklnik, perawatan dan gudang obat melalui Komando Militer Kota (KMK) Cirebon. Pada waktu mencari rumah saya tertangkap dalam demarkasi Belanda, karena tahu bahwa di Kota Cirebon itu ada batas/demarkasi antara tentara kita dengan Belanda, yaitu Jalan KA sebelah utara. Sedangkan saya berjalan terus sampai daerah Cangkol pantai, di Jl. Merdeka, saya di tahan oleh Belanda/markas, sekarang SD. Pada waktu itu saya berpakaian seragam hitam, di puncak baju saya memakai merah putih dari kain. Pada waktu itu pula saya mendapat perlakuan yang memprihatinkan, ialah merah putih itu harus dimakan, untuk merah puth itu dari kain, diberi makan satu hari satu malam hanya cukup dua kali. Keesokan harinya saya dilepas, dan langsung menuju KMK. Di KMK saya bertemu dengan Kepala bagian Perumahan Sersan Mayor Zen, setelah mencapaikan segala tuas masalah perumahan untuk DKT, maka saya diberi petunjuk bahwa perumahan untuk DKT, ialah rumah yang terletak di Jl. Kesambi No. 79. rumah itu cukup luas, kepunyaan Tuan basalamah Kuningan. Rumah itu digunakan untuk : 1 kamar : untuk dokter – 2 orang 1 kamar : untuk Poliklinik 1 kamar : untuk gudang obat/apotik Selebihnya ke belakang untuk asrama anggota, garasi, dan sebagainya. Pada bulan akhir Desember 1949/awal Januari 1950, staf DKT/KMD I pindah ke Kota Cirebon, menempati rumah itu. Untuk merawat orang sakit/tentara, dapat pinjam dari RSU Kesambi 1 ruang, yaitu Ruang/Bangzal A dengan kapasitas dapat merawat 12 penderita, saya langsung menghubungi Kepala RSU tersebut ialah bapak dr. Supardan Mangunkusumo. Biaya perawatan didapat dari Batalyon Kesehatan dari Bandung, merupakan fonds perawatan. Alat-alat perawatan juga didapatkan dari batalyon kesehatan Bandung, dan ada juga dari CIAD KMD I. Alat tulis kantor (ATK) didapat dari CIAD KMD I. Susunan personil/fromasi DKT KMD i, menjadi sebagai berikut : – Staff :

  1. Kapten CDM – dr. Seto Marthohusodo
  2. Kapten CDm – dr. Subagyo
  3. Kopral – S. Kendho Suhendra
  4. Prajurit I – Tarsijan

– Perawatan :

  1. Pltd – Odi
  2. Kopral – Moch. Adim
  3. Prajurit I – Suparman
  4. Prajurit I – Usman

– Poliklinik :

  1. Ltd. – E. Partadiredja
  2. Pltd – Sukarya
  3. Sersan – Idi dawamihardja, merangkap bagian Obat/Apotik Kopral Darmat mendapat mutasi ke Kesyon 302/tasikmalaya.

Dalam bulan Januari 1950, DKT KMD I, mendapat sebuah kendaraan jip, dari Batalyon Kesehatan Bandung, yang dibawa oleh pengemudinya, ialah Kpral Bachrum. Pada bulan Pebruari 1950 mendapat lagi sebuah kendaraan dari Batalyon Kesehatan Bandung yaitu Ambulance Box, pada waktu itu belum ada pengemudinya, terpaksa saya mengambil saudara saya yang sedang bekerja di Rumah Penjara Kuningan Sdr. Wianta. Pada waktu itu belum mempunyai tenaga kasar, saya mendapat kepercayaan penuh dari Komandan, untuk mencari tenaga secukupna, untuk di bangsal, tukang sapu/kebun, di asrama, di kantor dan sebagainya. Saya langsung mengambil dari kampung, semua famili saya bawa baik laki-laki maupun wanita, sampai-sampai tukang beca pun saya tarik untuk bekerja, sehingga cukuplah tenaga-tenaga yang diperlukan itu. Pada bulan Maret 1950, dengan Surat Keputusan dari Btalyon Kesehatan Bandung, Kapten CDM dr. Seto Marthohusodo dan Kapten CDM dr. Subagyo di tarik ke Bandung. Pada bulan itu juga datanglah pengganti Komandan lama, ialah Mayor CDM. Dr. Chaidir Sutan Rusdi. Dengan datangnya Komandan baru, DKT, mendapat lagi sebuah rumah untuk dokter, dan kantor/staf, ialah di jl. Kesambi No. 65 kepunyaan Tuan Hasan Anggawi dari Kuningan, atas perintah KMK. Bersamaan datangnya Komandan baru (Mayor CDM. Dr. Chaidir), sambil membawa 2 orang tenaga sipil, ialah : 1. Sdr. Toi, sebagai Pengurusan Rumah Tangga Komandan 2. Sdr. Sahir, sebagai Supir Dokter Kedua-duanya pindahan dari Rs. Sukabumi, kiriman dari Batalyon Kesehatan Bandung. Pada bulan Mei 1950, rumah Jl. Kesambi No. 65, yang dipakai Staf dan rumah dokter, oleh Sie I KMD I ditukar dengan rumah di Jl. Pulasaren No. 46, khusus untuk rumah dokter. Kantor/staf DKT dan poliklinik pindah ke Cangkol, bersama-sama dengan Staf PDM I Cirebon. Rumah di Jl. Kesambi No. 79, digunakan hanya untuk Asrama Anggota, gudang obat, dan garasi. Dengan surat perintah dari Batalyon Kesehatan Bandung, didatangkan lagi 2 orang anggota sipil, yaitu : Sdr. Parjio dan Sdr. Sajiman. Bersamaan dengan itu datang lagi 2 anggota pindahan dari Yonif615 Bogor, yaitu Plt. Moch. Rasyidi, dan Kopral Siregar. Pada bulan Juli 1951 DKT KMD I sebutannya dirubah menjadi Jawatan Kesehatan Tentara Perwira Sub Territorium I, disingkat DKT PST I. DKT PST I menerima lagi 2 orang Bintara dari Serang Banten, yaitu : sersan E. Suwandi, dan Sersan Idi Suryana.
Disamping DKT PST I ada lagi DKT Brigade ”C” berkedudukan di Staf PST I. Personil DKT Brigade C itu ialah :

  1. Plt. – Anwar Tamin
  2. Kopral – M.I. Asikin
  3. Kopral – Junaedi
  4. Prds. – Ngadiman
  5. Prds. – Yusuf Siwan

Juga di samping DKT PST I mempunyai Sub DKT yang berkedudukan di Purwakarta. Tenaga dokter yang berada di Sub DKTPST I Purwakarta :

  1. Kapten CMD – dr. Sadono
  2. Kapten CDM – dr. Suwardjono

Tenaga paramedisnya, ialah :

  1. Ltd. – Markus
  2. Ltd. – Sajud
  3. Pltd. – Burnawi
  4. Serma – Kasdani
  5. Serma – Kasimun
  6. Serma – Omon
  7. Serma – Ues
  8. Serma – Suwarno
  9. Serma – Surya
  10. Serma – D. Saridin

DKT PST I mempunyai 3 (tiga) Ton Kesyon :

  1. Ton Kesyon 306, berkedudukan di Indramayu. Danton Kes-nya : Plt. Abdul Rozak
  2. Ton Kesyon, 319, 11 April berkedudukan di Cirebon. Danton Kes-nya : Plt. Abdul saleh
  3. Ton Kesyon, 321, berkedudukan di Cilimus Kuningan. Danton Kes-nya ; Pltd. B.M. Siregar

Batalyon 306, dan Batalyon 321, Plts. Abdul Rozak dan Pltd. B.M. Siregar, di tarik ke DKT PST I. Plts. Abdul Saleh dari Kesyon 319/11 April, ditarik ke DKT PST I ditukar dengan PLTS. Abdul Rozak. Pada tahun 1955, menerima sebuah kendaraan Ambulance Power, dari Kesehatan Batalyon Kesehatan dari Bandung. Pada tahun itu juga DKT PST I menerima tenaga Bidan dan Pembantu Bidan dari Direktorat Kesehatan AD ialah :

  1. Sipil – Bidan Hatijah Nuryaman
  2. Sipil – Eha Julaeha

Pada tahun 1955, Sub DKT PST I Purwakarta dilebur, anggotanya sebagian ditarik ke Staf DKT PST I Cirebon, diantaranya :

  1. Ltd – Markus
  2. Serma – Kasdani
  3. Serma – Ues
  4. Serma – Suwarno
  5. Sersan – D. Saridin
  6. Sersan – Surya
  7. Kopral – O. Chaeruddin
  8. Prds. – M.A. Ruchiyat
  9. Prds. – Selamet

Juga DKT PST I menerima lagi seorang tenaga medis yang dikirim dari Btalyon Kesehatan Bandung, ialah Plts. Mahadi. Sebutan PST I dirubah menjadi Resimen infanteri-9/Teritorium I. dengan demikian DKT/PST I juga berubah menjadi : DKT RES.INF-9/TERR III. DKT Brigade C yang berada di Resimen Infanteri-9 ditiadaan, anggotanya ditarik ke staf DKT RES-9, mempunyai 3 ton Kesyon, yaitu : 1. Ton Kesyon 314, berkedudukan di Majalengka. Danton Kes-nya : Serma Manaf 2. Ton Kesyon 319, berkedudukan di Plumbon. Danton Kes-nya : Serma Moch. Toha 2. Ton Kesyon 325, berkedudukan di Linggarjati-Kuningan, Danton Kes-nya : Serma Ngadiman, tidak lama Plts. Abdul Rozak Anggota DKT Res. Inf-9, selalu mengikuti Gerakan Operasi, terutama operasi DI/TII di daerah Jawa Barat, seperti di sekitar Kaki Gunung Ciremai, daerah Kuningan, Talaga, majalengka, dan daerah Indramayu. Pada tahun 1955, DKT Res Inf-9, membuka Kramklinik di Jl. Kesambi No. 97 dengan kapasitas 7 orang bersalin, mempunyai dapur sendiri. Kepala bangsal bersalin ialah : Bidan hatijah Nuryaman, dibantu oleh sipil Eha Julaeha. Disamping perawatan orang sakit di Bangsal A, RSU Kesambi, juga mempunyai perawatan di TPT (Tempat Perawatan Tentara) RSU Cideres Kadipaten, dengan merawat 10 orang sakit. Kepala perawatan di TPT/RSU Cideres ialah : Peltu Manadi. Kepala perawatan di Zal A RSU Kesambi, Lts. Markus. DKT Res Inf-9, belum mempunyai dapur tersendiri, pemasakan untuk orang sakit di TPT, RSU diserahkan/dilaksanakan di dapur Rsu masing-masing. Perawatan anggota/keluarga yang berada di luar kota Cirebon, dirawatkan di masing-masing RSU seperti di Kuningan, di RSU Kuningan, di Indramayu, dirawatkan di Indramayu, di Majalengka di RSU Majalengka, di Kadipaten, di TPT RSU Cideres, di Sumedang di RSU Sumedang, di Purwakarta di RSU Purwakarta. Untuk yang menderita penyakit Paru-paru (TBC) dirawatkan di RSP sidawangi. Biaya perawatan yang dirawat di RSU/RSP masing-masing daerah, diadakan penagihan oleh RSU masing-masing ke DKT Terr III, Bandung, melalui DKT Res Inf-9, untuk di Legalisir. Dengan adanya tenaga dokter di masing-masing RSU, yang diperlukan oleh DKT Res Inf-9, mendapat bantuan tenaga dokter dengan emdapatkan honorarium, seperti :

  1. Dokter Supardan Mangunkusumo, Kepala RSU Kesambi
  2. Dokter Murad, Ahli di RSU Kesambi
  3. Dokter Junaedi, Kepala RSU Sumedang

DKT Res Inf-9 belum mempunyai dokter gigi. Dengan tidak adanya dokter gigi, DKT Res Inf-9, mendapat bantuan tenaga Dokter Gigi dengan honorarium ialah drg. The tjiat Kwee. Pada bulan Maret 1954, Plts. Manadi, Kepala TPT Cideres meninggal dunia karena sakit dan diganti oleh Ltd. Markus, Kepala Keperawatan di Zal A RSU Kesambi, dijabat oleh serma Kasdani. TPT Cideres pernah mendapat serangan hebat dari DI/TII, anggota dan orang sakit, keadaan selamat. Bagi anggota tentara, Sipil Hankam, dan keluarga yang memerlukan perawatan atau pengobatan Spesialis pada waktu itu dikirim ke RST Dustira di Cimahi, atau ke RSPAD di Jakarta. Pada tahun 1954, pembantu Bidan Eha Julaeha, sepulang cuti dari Sukabumi, mendapat kecelakaan di daerah Sumedang. Kendaraan yang di tumpanginya membentur pohon Mahoni, dan tidak tertolong jiwanya. Pada waktu itu juga dikirim ke RSU Sumedang kemudian dibawa ke Cirebon dan disemayamkan di Sukabumi. Pada waktu itu saya sendiri ikut menjemput dari cutinya. Pada tahun 1955, sebutan DKT Kes Inf-9 Terr III Siliwangi, dirubah menjadi : Jawatan Kesehatan Angkatan darat Res Inf-9/Terr III Siliwangi, atau : DKAD RES INF-9 TERR III/SILIWANGI. Pada tahun 1955, Kepala TPT Cideres, Ltd. Markus juga meninggal dunia karena sakit, yang mewakili Kepala TPT ialah : Kopral Siregar. Pada tahun 1956, TPT Cideres ditiadaan. Di DKAD Res Inf-9, tidak ada yang terkena Rasionalisasi atau Reorganisasi, hanya ada penugasan-penugasan ke luar Jawa, pertama ke Sumatera. Pada tanggal 27 Maret 1956, dengan surat perintah DKAD Terr III/Siliwangi No. SP.152-3/3/1958, tgl. 23 Maret 1958 saya mendapat tugas ke RTP. 01/Slw Sumatera Tengah (Balige) dokter/Dan Kie Kes RTP. 01/Slw, ialah : Mayor CDM. dr. Suparto, tidak lama kemudian diganti oleh : Mayor CDM. dr. Soepomo, anggota Kie Kes RTP 01/Slw sebanyak 30 orang. Tanggal 13 Oktober 1959, saya kembali ke DKAD Res Inf-9 dengan selamat. Peristiwa-peristiwa di RTP 01/Slw, tidak saya uraikan di sini. Pada tanggal 1 Januari 1960, saya mendapat lagi tugas ke Kes Rem Banten/Serang untuk membangun Perawatan Tentara, berhubung di Korem Banten belum adanya kesehatan tentara. Tugas-tugas dan lain-lain kejadian selanjutnya diuraikan pada Riwayat Pekerjaan. Pada tanggal 1 September 1963 saya pindah tugas lagi ke Kes.Brigif 12/Guntur, di Kabupaten Cianjur. Pada tahun 1964, saya kembali ke Kes Rem 063/Sgd Cirebon. Itulah sekedar riwayat singkat kelanjutan dari DKAD/Res Inf-9, menjadi Den Kes Rem 063/SGD dan Rumkit TK III Ciremai. Rumkit Tk. III Ciremai direncanakan oleh Den Kes Rem Inf-9, kolonel dr. Chaidir sejak tahun 1955, tempat yang ditempati RST Ciremai, dahulunya adalah hutan alang-alang dan ada pabrik Aci. Pada tahun 1959, Ka Kes rin 9, mengajukan kebutuhan ke Resimen 9, sebagai berikut : – Ruang perawatan dan bagian-bagiannya – Ruangan poliklinik, dan ruanganpruangannya – Ruangan kamar obat/apotik, dan bagian-bagiannya – Staf, dan bagian-bagiannya – Gudang-gudang – Gerase – Asrama anggota dan perumahan dokter/bidan – Dapur. Pada tahun 1960, pengajuan dari Zibang Ein-9, ke zibang Dam VI/Slw pada tahun 1961 pertengahan, Ka Zibang Dam VI/Slw memerintahkan ke Zibang Rin-9 untuk memulai pelaksanaan pembuatan pembangunan rumah sakit Ciremai. Pada tahun 1961 juga, pembangunan rumah sakit Ciremai dimulai dan dilaksanakan oleh pemborong, PB. SAKA. Pimpinan Ka Kes Rin-9, Kolonel CDM. dr. Chaidir S.R. Pada tanggal 1 September 1961, Ka Kes Rem 063/Sgd diserah terimakan dari Kolonel CDM dr. Chaidir SR kepada Lettu. Achmad Ali, sebagai Wapa Kes Rem 063/Sgd berhubung Kolonel CDM dr. Chaidir bertugas ke luar negeri. Pada tanggal 20 Maret 1963, rumah sakit Tk III Ciremai diresmikan oleh Dan Rem 063/Sgd, Kolonel J. Witono. Pimpinan Dan Den Kes 063/Sgd dan Rumah Sakit Tk. III Ciremai dijabat lagi oleh Kolonel CDM. dr. Chaidir sekembalinya dari Tugas Luar Negeri. Tanggal 4 Pebruari 1963 jabatan Ka Kes Rem 063/Sgd diserah terimakan dari Kolonel CDM. dr. Chaidir, kepada Kapten CDM. dr. Ngesti Utomo. Tanggal 19 Oktober 1964 jabatan Ka Kes Rem 063/Sgd diserah terimakan lagi dari Kapten CDM. dr. Ngesti Utomo kepada Kapten CDM. dr. Go Yauw Hoe (dr. Gunadi) berhubung Kapten CDM. dr. Ngesti Utomo pindah ke Kes Rem 061/SK di Bogor. Ruangan-ruangan yang telah selesai pada waktu itu, ialah :

  1. Tempat Perawatan Pria
  2. Tempat Perawatan Wanita
  3. Tempat Perawatan Perwira, dan keluarganya
  4. Tempat Perawatan Bersalin
  5. Staf Kes Rem
  6. Poliklinik
  7. Rumah Obat
  8. Gudang Obat
  9. Kamar Operasi Kecil
  10. Rumah Dokter
  11. Rumah Kopel, untuk pegawai : 2 buah
  12. Dapur
  13. Tempat sepeda
  14. Gudang peralatan
  15. Gerase
  16. Kamar Mati

Pada tanggal 1 Januari 1965, Kes. Rem 063/Sgd dan Rumah Sakit Tk III Ciremai, mendapat perubahan sebutan sebagai berikut :

  1. KES REM 063/SGD, menjadi : DETASEMEN KESEHATAN 063/SGD disingkat : DEN KES 063/SGD, pejabatnya : Komandan
  2. Rumah Sakit Ciremai, menjadi Rumah sakit Tentara Tingkat III Ciremai, disingkat Rumkit Tk. III Ciremai, pejabatnya : Kepala/Ka.

Den Kes Rem 063/Sgd mempunyai Sub Den Kes, Kesdim-kesdim, Kesyon-kesyon an Ki Kes Bantuan, sebagai berikut :

  1. Sub Den Kes 0805 di Purwakarta
  2. Kes Dim 0615 di Kuningan
  3. Kes Dim 0616 di Indramayu
  4. Kes Dim 0617 di Majalengka
  5. Ton Kes Yon, 514 di Majalengka
  6. Ki Kes Hanudse 14 di Plumbon
  7. Kes Brigif 14/MB di Cirebon

Pada tanggal 1 Januari 1968, ada pemisahan Staf Den Kes 063/Sgd dan setaf Rumah Sakit Tk. III Ciremai beserta anggotanya, sebagai berikut : Staf Den Kes 063/Sgd, beserta anggotanya sebanyak 11 orang dengan susunan personilnya sebagai berikut :

  1. Komandan : Mayor CDM. dr. Goenadi
  2. Pamin : Letda CPK, H. Moh. Rasyidi
  3. Ka. Set : Pelda Tarsijan
  4. Anggota Set : Serka Udin
  5. Anggota Set : Koptu Dalisa
  6. Anggota Set : Praka Sahudi
  7. Ka Rodok : Pelda Mupadi
  8. Anggota : Serka Cardi
  9. Anggota : Sertu Endin
  10. Anggota : Sipil Sokamsi
  11. Pengemudi : Sipil Sahir

Selebihnya Tentara dan sipil sebanyak 189 orang, menjadi anggota Rumah sakit Tk. III Ciremai : I. Staf/Komando, Kepala Bagian-bagiannya, sebagai berikut:

  1. Kepala Rumah Sakit : Kapten CDM dr. Bambang Iman Supeno
  2. Ka. Personalia : Letda CPK E. Suwandi
  3. Pa Min : Letda CPK/Kasdani
  4. Dan Den Ma : Letda CPK H.D. Sarwo
  5. Ka. Ur. Lam : Peltu E. Djaedin
  6. Ka. : Peltu S.K. Suhendra
  7. Ka. ROT/DOT : Pelda Rozak Yasin
  8. Ka. Angkutan : Pelda Suparman

I. Perawatan

  1. Kep. Perawatan : Letda CPK. Kasdani
  2. Kep. Zal Perwira : Sipil Perawat – Sundari
  3. Kep. Zal Bersalin : Sipil, Bd. Hatijah nuryaman
  4. Kep. Zal Pria : Serka A. Machmud
  5. Kep. Zal Wanita : Sipil Perawat – Parsilah
  6. Ke. Poliklinik : Pelda SK. Amin
  7. Kep. Sub Pol : Letda D. Saridin
  8. Kep. Ok : Pelda Nasirun